Semua Tentang Furnitur Rotan dan Rotan

Kursi rotan dengan bantal warna-warni di atasnya dan dikelilingi tanaman hias

Rotan adalah sejenis pohon palem yang merambat atau merambat yang berasal dari hutan tropis Asia, Malaysia, dan Cina. Salah satu sumber terbesar adalah Filipina1. Rotan Palasan dapat dikenali dari batangnya yang kokoh dan kokoh dengan diameter bervariasi antara 1 hingga 2 inci dan tanaman merambatnya yang tumbuh sepanjang 200 hingga 500 kaki.

Saat rotan dipanen, rotan dipotong sepanjang 13 kaki, dan selubung keringnya dilepas. Batangnya dijemur lalu disimpan untuk bumbu. Kemudian, tiang-tiang rotan yang panjang ini diluruskan, dinilai berdasarkan diameter dan kualitasnya (dilihat dari simpulnya; semakin sedikit ruasnya, semakin baik), dan dikirim ke produsen furnitur. Kulit luar rotan digunakan untuk rotan, sedangkan bagian dalamnya yang seperti buluh digunakan untuk menenun furnitur rotan. Anyaman adalah proses menenun, bukan tanaman atau bahan sebenarnya. Diperkenalkan ke dunia Barat pada awal abad ke-19, rotan telah menjadi bahan standar untuk hukuman cambuk2. Kekuatan dan kemudahan manipulasinya (manipability) menjadikannya salah satu bahan alami terpopuler yang digunakan dalam anyaman.

Atribut Rotan

Popularitasnya sebagai bahan furnitur—baik outdoor maupun indoor—tidak diragukan lagi. Dapat ditekuk dan dilengkungkan, rotan memiliki banyak bentuk lengkung yang indah. Warnanya yang terang dan keemasan mencerahkan ruangan atau lingkungan luar ruangan dan langsung menyampaikan perasaan surga tropis.

Sebagai bahan, rotan ringan dan hampir kedap air serta mudah dipindahkan dan dipegang. Ia dapat menahan kondisi kelembaban dan suhu ekstrim serta memiliki ketahanan alami terhadap serangga.

Apakah Rotan dan Bambu Itu Sama?

Sebagai catatan, rotan dan bambu tidak berasal dari tumbuhan atau spesies yang sama. Bambu merupakan rumput berongga dengan tonjolan pertumbuhan horizontal di sepanjang batangnya. Bahan ini digunakan untuk membuat furnitur dan aksesori kecil pada akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900-an, terutama di daerah tropis. Beberapa produsen furnitur bambu menggunakan tiang rotan agar lebih halus dan menambah kekuatan.

Rotan di Abad ke-20

Selama masa kejayaan Kerajaan Inggris di abad ke-19, bambu dan furnitur tropis lainnya sangat populer. Keluarga-keluarga yang pernah ditempatkan di daerah tropis dan negara-negara Asia kembali ke Inggris dengan membawa perabotan bambu dan rotan, yang biasanya dibawa ke dalam ruangan karena iklim Inggris yang sejuk.

Pada awal abad ke-20, furnitur rotan buatan Filipina mulai bermunculan di Amerika Serikat, ketika para pelancong membawanya kembali dengan kapal uap. Furnitur rotan abad ke-20 sebelumnya dirancang dengan gaya Victoria. Para desainer set Hollywood mulai menggunakan furnitur rotan di banyak adegan luar ruangan, membangkitkan selera penonton yang suka menonton film dan sadar gaya, yang menyukai apa pun yang berhubungan dengan gagasan tentang pulau-pulau Laut Selatan yang romantis dan terpencil. Lahirlah sebuah gaya: Sebut saja Tropical Deco, Hawaiiana, Tropical, Island, atau South Seas.

Menanggapi meningkatnya permintaan furnitur taman rotan, desainer seperti Paul Frankel mulai menciptakan tampilan baru untuk rotan. Frankel dikreditkan dengan kursi berlengan pretzel yang banyak dicari, yang dapat dicelupkan ke dalam sandaran tangan. Perusahaan-perusahaan yang berbasis di California Selatan dengan cepat mengikuti langkah tersebut, termasuk Tropical Sun Rattan of Pasadena, the Ritts Company, dan Seven Seas.

Ingat furnitur tempat Ferris Bueller duduk di luar saat adegan dalam film, “Ferris Bueller's Day Off” atau ruang tamu yang berlatar serial TV populer, “The Golden Girls?” Keduanya terbuat dari rotan, dan sebenarnya merupakan potongan rotan antik dari tahun 1950-an. Sama seperti masa-masa sebelumnya, penggunaan rotan antik dalam film, televisi, dan budaya pop membantu memacu minat baru terhadap furnitur pada tahun 1980an, dan rotan terus menjadi populer di kalangan kolektor dan pengagum.

Beberapa kolektor tertarik dengan desain, atau bentuk, potongan rotan, sementara yang lain menganggap rotan lebih menarik jika memiliki beberapa batang atau “untaian” yang ditumpuk atau diposisikan bersamaan, seperti di lengan atau di dasar kursi.

Pasokan Rotan di Masa Depan

Meskipun rotan digunakan dalam berbagai produk, yang terpenting adalah pembuatan furnitur; rotan mendukung industri global yang bernilai lebih dari US$4 miliar per tahun, menurut World Wide Fund for Nature (WWF). Sebelumnya, sebagian besar tanaman anggur mentah yang dipanen secara komersial diekspor ke produsen luar negeri. Namun, pada pertengahan tahun 1980-an, Indonesia memberlakukan larangan ekspor rotan mentah untuk mendorong produksi furnitur rotan dalam negeri.

Sampai saat ini, hampir seluruh rotan dikumpulkan dari hutan hujan tropis. Akibat pengrusakan dan konversi hutan, kawasan habitat rotan telah berkurang dengan cepat selama beberapa dekade terakhir, dan rotan mengalami kekurangan pasokan. Indonesia dan salah satu kabupaten di Kalimantan adalah dua negara di dunia yang menghasilkan rotan yang disertifikasi oleh Forest Stewardship Council (FSC). Karena memerlukan pepohonan untuk tumbuh, rotan dapat memberikan insentif bagi masyarakat untuk melestarikan dan memulihkan hutan di lahan mereka.

Any questions please feel free to ask me through Andrew@sinotxj.com


Waktu posting: 01 Des-2022